ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
Pendahuluan
Sejarah desain dalam arsitektur dapat
dilihat sebagai perjalanan pergerakan waktu yang menarik dan memiliki pengaruh
tersendiri pada masanya.
Pada
dasarnya, setiap desain baru yang muncul berdasarkan akibat, perkembangan,
penyangkalan maupun penolakan dari apa yang sudah
desain yang sudah ada.
Munculnya desain-desain itu sering kali
merupakan terobosan baru seorang arsitek yang mencoba ‘jalur lain’ yang
merupakan jawaban atas keinginan untuk merealisasikan impian kreativitasnya.
Arsitektur dekonstruksi
Deconstructivism, atau deconstructivist architecture
atau yang lazim disebut dekonstruksi hadir pada tahun 1970an melengkapi
berbagai langgam arsitektur yang masuk dalam postmodernism atau langgam
post-modern.
Arsitektur
dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan
untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain
Arsitektur
dekonstruksi juga telah menggariskan beberapa prinsip penting mengenai
arsitektur:
- Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
- Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.
- Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan dan tata nilai.
- Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara seimbang.
Dekonstruksi dalam desain
Arsitektur
modern seringkali menyebut dirinya sebagai arsitektur yang paling rasional,
arsitektur yang paling memiliki teknologi tinggi, dan arsitektur yang memiliki
sistem fungional yang sempurna sehingga pada waktu itu tidak ada alternatif pemikiran lain di dalam
arsitektur selain ‘berpikir monoton’ seperti halnya paham fungsional yang
dimiliki oleh arsitektur modern.
Pengaruh dari suatu fenomena dari
fungsi-fungsi yang dijanjikan dapat dirasakan pada bentukan yang terjadi,
sehingga menghasilkan bentukan-bentukan yang tidak berkembang, seperti desain
yang penuh dengan ‘kotak-kotak’ sederhana.
Makin lama keadaan ini menimbulkan
kejenuhan, sehingga mulai timbul konflik penyangkalan dan usaha-usaha untuk
keluar dari ‘jalur’ yang ada.
Dekonstruksi
merupakan salah satu jalan keluar yang patut dipertimbangkan dari
permasalahan-permasalahan yang timbul dari kejenuhan akan
arsitektur modern.
Sehingga dapat dihasilkan pemahaman dan
perspektif baru tentang arsitektur.
Pada arsitektur dekonstruksi yang
ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul
kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Penggunakan warna sebagai aksen juga
ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan
tekstur kurang berperan.
Bangunan
yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang
terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui
permainan bidang dan garis yang simpang siur.
Pada arsitektur dekonstruksi yang
dikomunikasikan adalah
a. unsur-unsur yang paling mendasar,
essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
b. Kemampuan maksimal untuk
berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.
Arsitektur dekonstruksi tidak
mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya
pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan
dekonstruksi."
Pelaksana arsitektur dekonstruksi
Kejenuhan
terhadap ke’monoton’an mampu mengusik beberapa arsitek . Sehingga beberapa
arsitek mulai membuat karya mutakhir yang desebut arsitektur dekonstruksi.
Seperti yang dilakukan Peter Eisenman dengan koleganya Richard Meier pada thun
1970an. Beberapa bangunanpun sudah dianggap menjadi icon dari arsitektur
dekonstruksi.
Seiring
perkembangan arsitektur dekonstruksi, makin berkembang pula arsitek-arsitek
yang menghasilkan karya karya yang luar biasa.
Diantara
dari mereka adalah Frank O. Gehry, Zaha Hadid, Morphosis, Bernard Tschumi,
Daniel Libeskind, Michael Soekin, Coop Himmelbau, Gunter Behnisch, Lebbeus
Woods, Kazuo Shinohara.
Arsitektur Dekonstruksi dalam bangunan
Beberapa
karya besar dari arsitek-arsitek yang menjunjung langgam dekonstruksi dapat
dilihat pada uraian berikut.
- VILA OLIMPICA HOTEL ARTS
Arsitek
: Frank O. Gehry
Lokasi
: Barcelona, Spanyol
The Vila Olimpica Hotel Arts berlokasi
di Olympic Village yang memiliki luas 150.000 square feet. Dengan waktu
pelaksanaan yang cukup lama (1989-1992), bangunan ini menjadi sebuah karya yang
unik.
Dengan menampilkan bentukan – bentukan
trimatra , bangunan yang merupakan transformasi dari bentuk ikan yang
direalisasikan dalam sebuah konstruksi sepanjang 54 meter dengan ketinggian 35
meter. Dengan bentukan dan dimensi seperti ini, bangunan ini menjadi landmark
bagi daerah sekitar.
Bangunan ini memamerkan penonjolan
konstruksi yang mutakhir sebagai daya tarik yang menjadikan bangunan ini lebih
hidup dan berirama. Pengkomunikasian antara hasil teknologi dan pemilihan bahan
mampu berperan dalam meningkatkan elemen – elemen artistic dan estetik yang
dominan pada bangunan ini.
Selain unsur –unsur yang lepas dari
keteraturan, masih dapat kita amati bagian – bagian yang tak lepas dari
‘peninggalan’ pendahulunya, yaitu arsitektur modern. Hal ini nampak pada
hadirnya unsur – unsur geometris yang terdapat pada sisi podium.
Sehingga dapat kita amati bagaimana
arsitek melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya, langkah – langkah apa
yang menjadi pemikiran arsitek sebelum masuk kedalam dekonstruksi.
- DENVER ART MUSEUM
Arsitek
: Daniel Libeskind
Lokasi
: Denver, Colorado – USA
Bangunan ini didirikan diatas lahan
seluas 146.000 square feet dan menjadi bangunan yang memiliki konstruksi paling
unik bagi lingkungan sekitarnya.
Hal yang pertama kali nampak pada
bangunan ini adalah proyeksi trimatra yang nampak kontras namun menjadikan
bangunan ini lebih berirama.
Bentukan yang penuh dengan bidang
mencuat yang dikantilever menjadi daya tarik utama dari bangunan ini.
Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu alam dianggap menambah sifat
artistic dari bangunan ini.
Untuk dapat menghasilkan bentukan
seperti ini tentunya juga mengandalkan kemampuan teknologi dan pemilihan bahan
yang tepat dan memiliki spesifikasi yang tepat dan tentunya berkualitas tinggi.
Bangunan ini lebih cenderung
mencerminkan ‘massa’ daripada ‘ruang’ yang ada didalamnya.
Sehingga eksprisi sang arsitek dapat
dituangkan secara lugas tanpa ada batasan apapun.
- VITRA INTERNATIONAL HEADQUARTERS
Arsitek
: Frank O. Gehry
Lokasi
: Basel, Switzerland
Bangunan ini berlokasi didaerah
sub-urban di luar kota Basel yang dipenuhi oleh bangunan industri seperti
pabrik serta apartment yang diperuntukkan sebagai pelengkap daerah baru yang
sedang berkembang.
Sebagai bangunan yang berlokasi di
daerah yang sedang berkembang, maka diperlukan hal – hal yang mampu menjadi
daya tarik bagi keperluan komersial bangunan itu sendiri, terlebih bangunan ini
juga diperuntukkan sebagai bangunan industri.
Karenanya pada bangunan ini, unsur
‘ruang’ masih diperhatikan dalam penggarapan desainnya, sehingga muncul
bentukan yang lebih ‘sederhana’ jika dibandingkan dengan contoh kasus pada
Denver Art Museum pada pembahasan sebelumnya. Bangunan ini nampak
memperatahankan bentukan geometrisnya .
Meskipun bentukan yang terjadi lebih
sederhana, namun tidak mengurangi eksistensi bangunan sebagai bagian dari
arsitektur dekonstruksi. Permainan bidang masih menjadi unsur penangkap bagi
eksistensi tersebut .
Unsur penangkap lain dapat dihadirkan
dari permainan penggunaan bahan pada fasade eksterior bangunan. Nampak
penggunaan metal dan permainan warna menjadi daya tarik dari bangunan ini.
- THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:
The Power and The Freedom
Arsitek
: Coop Himmelbau
Lokasi
: Forum Arteplage Biel, Switzerland
Menara-menara
ini merupakan simbolisasi dari kekuatan dan kebebasan, disusun perbagian hanya
dalam jangka waktu sebulan.
Desain konsep berorientasi pada
konstruksi urban yang memberi kesan ringan namun kokoh.
Buah karya Wolf D. Prix, Helmut
Swiczinsky and partner ini dibuat untuk keperluan The 6th Swiss
National Exhibition tanggal 15 May 2002 hingga 20 October 2002. Dengan bentukan
seperti ini nampak jelas bahwa bangunan ini mampu menjadi landmark yang
memancarkan power dan kebebasan penuh.
Dapat dilihat bahwa bangunan ini sangat
berani dalam permainan olahan bentuk, baik permainan bidang, garis dan massa.
Permainan sense indera yang tidak hanya terpaku pada segi visual juga berperan
dalam peletakan massa dan penggabungan massa menjadi nilai tambah yang pantas
diperhitungkan.
Merupakan proyeksi karya 3 dimensi yang
murni, tidak tampak seperti hanya sebuah kotak persegi namun lebih terlihat
hidup dan berirama.
Bangunan ini sepenuhnya merupakan
penuangan dari kreativitas tim arsitek sehingga nampak ‘lepas’ tanpa adanya
batasan.
Estetika arsitekturalnya nampak pada
pemanfaatan kecanggihan teknologi dan pemilihan bahan yang memiliki spesifikasi
yang tepat sehingga dapat mendukung tampilan fisik bangunan.
Ketepatan menggunakan baja sebagai
rangka yang di tutup oleh kaca dan terekspos pada malam hari akibat dari
pendaran lampu makin menambah eksistensi bangunan ini.
tampak bangunan
aite plan
potongan
- DER NEUE ZOLLHOF
Arsitek : Frank O. Gehry
Lokasi : Dusseldorf, Germany
Bangunan ini berlokasi di tepi sungai
Rheine di daerah publik yang berskala urban. Menempati lahan seluas 28.000
meter persegi menjadikan kompleks bangunan ini mampu menghadirkan sesuatu tanpa
memikirkan keterbatasan ruang.
Letaknya yang berada di tepi dermaga sungai menjadi
nilai tambah karena memungkinkan terbentuknya open space di bagian muka kompleks
bangunan yang membuat perpaduan
visualisasi bentuk bangunan terekam dengan komposisi yang baik.
Desain ketiga bangunan ini nampak
berorientasi kepada ‘ruang’ didalamnya mengingat fungsi bangunan.
Namun batasan tersebut tidak lantas
membatasi bentukan yang terjadi. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu
ciri dari arsitektur dekonstruksi masih nampak jelas .
Ketiga bangunan ini memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya , namun tetap memberikan kesan
dinamis pada kesatuannya.
Penampilan bentukan 3 dimensi membuat
eksistensi bangunan ini sebagai bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak
nyata. Permainan bidang – bidang menjadi salah satu pemicunya.
Selain permainan bidang – bidang
geometris , permainan kecangihan teknologi konstruksi juga ditonjolkan dalam
desain pada bangunan ini.
Hal ini ditunjang dengan pemanfaatan
material yang tepat sehingga menunjang kesan yang hadir .
Penutup
Setelah
melihat pembahasan dari contoh diatas, jelas bahwa arsitektur dekonstruksi menghembuskan
kesegaran dengan menunjukkan eksistensinya sebagai alternatif pemikiran lain .
Namun
hal ini tidak berhenti sampai disini dan menganggap dekonstruksi sebagai puncak
dari kesempurnaan dalam desain arsitektur sehingga tidak menutup untuk munculnya
langgam – langgam baru yang merupakan sanggahan ,
pembetulan , perkembangan , bahkan penolakan dari arsitektur dekonstruksi.