Laman

Senin, 17 Oktober 2011

ARSITEKTUR INDIS TINGGAL KENANGAN


Sebutan indis berasal dari istilah Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda. Orang Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1619. kehadiran orang Belanda selama tiga abad di Indonesia tentu memberi pengaruh pada segala macam aspek kehidupan. Perubahan antara lain juga melanda seni bangunan atau arsitektur.
Pada mulanya bangunan dari orang-orang Belanda di Indonesia, khususnya di Jawa, bertolak dari arsitektur kolonial yang sesuai dengan kondisi  tropis dan lingkungan budaya, yang sering disebut landhuiz, yaitu hasil perkembangan rumah tradisional Hindu-Jawa yang diubah dengan penggunaan teknik, material batu, besi, dan genteng atau seng. Arsitek landhuizen yang terkenal saat ini adalah Wolff Schoemaker, DW Berrety, dan Cardeel.
Arsitektur indis merupakan asimulasi atau campuran dari unsur-unsur budaya Barat terutama Belanda dengan budaya Indonesia khususnya dari Jawa. Pengertian indis juga dimaksudkan untuk membedakan dengan bangunan tradisional yang sudah lebih dulu eksis, bahakan Pemerintah Belanda bentuk bangunan indis dikukuhkan sebagai gaya yang harus ditaati, sebagai simbol kekuasaan, status sosial, dan kebesaran penguasa saat itu.
Bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu datang ke Indonesia  seperti Cina, India,Vietnam, Arab, dan Portugis juga memberi pengaruh pada budya asli. Karena itu dalam bangunan indis juga terkandung berbagai macam unsur budaya tersebut.
Faktor-faktor lain yang ikut berintegrasi dalam proses perancangan antara lain :
  • Faktor lingkungan.
  • Iklim atau cuaca.
  • Ketersediaan material.
  • Teknik pembuatan.
  • Kondisi sosial politik.
  • Ekonomi.
  • Kesenian.
  • Agama.

Bentuk rumah bergaya indis :
  • Tampak seperti banguan tradisional.
  • Atap berbentuk joglo limasan.
  • Bagian depan berupa selasar terbuka sebagai tempat untuk penerimaan tamu.
  • Kamar tidur terletak pada bagian tengah, di sisi kiri dan kanan.
  • Ruang diantara kamar tidur berfungsi untuk ruang makan atau penjamuan makan malam.
  • Bagian belakang terbuka untuk minum teh pada sore hari sambil membaca buku dan mendenganr radio, merangkap sebagai ruang dansa.

Pengaruh budaya Barat terlihat pada :
  • Pilar-pilar besat (gaya bangunan Parthenon dari zaman Yunani dan Romawi).
  • Lampu-lampu gantung dari Italia dipasang pada serambi depan membuat bangunan tampak megah terutama pada malam hari.
  • Pintu terletak tepat di tengah diapit dengan jendela-jendelabesar pada sisi kiri dan kanan.
  • Antara jendela dan pintu dipasang cermin besar denganpatung porselen.
  • Khusus untuk gedung-gedung perkantoran,pemerintahan,dan rumah-rumah dinas para penguasa di daerah masih ditambah lagi denganatribut-atribut sendiri seperti payung kebesaran, tombak, dan lain-lain agar tampak lebih berwibawa.

Kebudayaan Indis sebagai perpaduan budaya Belanda dan Jawa juga terjalin dalam berbagai aspek, misalnya:
·         Pola tingkah laku.
·         Cara berpakaian.
·         Sopan santun dalam pergaulan.
·         Cara makan.
·         Cara berdansa.
·         Penataan ruang.
·         Gaya hidup.

Arsitektur Indis sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu ditampilkan melalui :
·         Kualitas bahan.
·         Dimensi ruang yang besar.
·         Gemerlapnya cahaya.
·         Pemilihan perabot.
·         Seni ukir kualitas tinggi sebagai penghias gedung.

Rob Niewenhuijs dalam tulisannya Oost Indische Spiegel (pencerminan budaya indis) menyebutkan bahwa sistem pergaulan dan kegiatan yang terjadidi dalam banguna yang bergaya indis merupakan jalinan pertukaran norma budaya Jawa dengan Belanda. Manusia Belanda berbaur ke dalam lingkungan budaya Jawa dan sebaliknya. Arsitektur indis telah berhasil memenuhi nilai-nilai budaya yang dibutuhkan oleh penguasa karena dianggap bisa dijadikan sebagai simbol status, keagungan dan kebesaran kekuasaan terhadap masyarakat jajahannya. Pemerintah kolonial Belanda menjadikan  arsitektur Indis sebagai standart dalam pembangunan gedung-gedung.

Ø  Sejarah terbentuknya budaya Indis :
Kekuasaan Hindia Belanda yang ingin menjalankan pemerintahan dengan menyesuaikan diri pada kondisi budaya masyarakat di wilayah kolonialnya.
Ø  Puncak kejayaan arsitektur Indis :
Pada akhir abad ke-19.
Ø  Sejarah berakhirnya budaya indis :
Dengan datangnya perubahan zaman dan hapusnya kolonialisme, maka berakhir pula kejayaan budaya feodal termasuk perkembangan arsitektur Indis. Seiring dengan perkembangan kota yang modern, lambat laun gaya Indis ditinggalkan. Arsitektur indis pudar mungkin disebabkan oleh kosekuensi historis yang menyangkut berbagai aspek sosial budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar