Laman

Sabtu, 22 Oktober 2011

INSPIRASI NUANSA PEDESAAN



Rumah-rumah pedesaan bernuansa lawas (vintage) di area French Riviera, Prancis Selatan telah memberi inspirasi bagi Marchel Adriana, seorang desainer produk, untuk mengadopsi gaya bangunan disana pada desain huniannya di Semarang, Jawa Tengah. Lahan berudara sejuk ini nantinya akan dikembangkan menjadi penginapan sederhana sekaligus galeri untuk karyanya, dan dirancang oleh Marchel bersama dengan arsitek Kenzo Wienand. Pertama, kaveling berkontur yang berada di huk jalan ini diolah menjadi lahan ber-trap dengan taman bunga dan jalan setapak menuju ke paviliun untuk galeri di bagian muka dan rumah induk di belakangnya. Wujud rumah pedesaan di Perancis Selatan diekspos diantaranya atap berbentuk pelana yang tinggi dan deretan kolom di lantai bawah yang memagari koridor serta teras. Fasadnya didominasi oleh jendela dan pintu kaca berbentuk kotak-kotak geometris sedangkan dinding luar bangunan diberi finishing acian semen bercat warna putih dan bertekstur kasar. Dinding dalamnya juga diberi finishing acian semen tetapi teksturnya lebih halus dan serasi dengan lantai dalam yang dilapisi oleh parket kayu. Yang unik adalah kusen kayu yang diberi coating warna putih berpadu dengan besi tempa penopang teritis sehingga mempertegas  nuansa rustic khas rumah pedesaan.
Masuk ke dalam rumah, Kenzo membangun void setinggi dua lantai di tengah rumah yang seolah-olah “membelah” susunan ruang dalam menjadi dua sehingga tercipta kesan lapang. Di lantai bawah, terdapat satu ruangan luas tanpa dinding penyekat yang ditata untuk ruangan duduk, bar dan tangga sedangkan di lantai atas, terdapat deretan kamar-kamar tidur. Untuk interior rumah, Marchel ingin menciptakan suasana yang relaks dengan sentuhan vintage. Ia merancang sendiri furnitur yang berbentuk kotak-kotak geometris simpel dan memanfaatkan kayu jati solid bekas dengan mengekspos serat kayu yang berkesan tidak selesai (unfinished). Detail ornamen berupa profil ukiran khas gaya klasik dipasang di kepala ranjang yang berpadu cantik dengan penutup kasur dari rajutan (crochet). Lemari simpan pakaian juga diberi finishing cat warna-warna cerah seperti hijau kekuningan. Inilah wujud adopsi gaya pedesaan di French Riviera dalam konteks modern urban masa kini.
Lokasi : Kediaman Marchel Adriana di Semarang, Jawa Tengah
Pemilik dan desain interior : Marchel Adriana
Arsitek : Kenzo Wienand

Modern Tropis dan Dinamis


Berbeda dengan rumah tinggal umumnya di daerah beriklim tropis, rumah yang berdiri di atas lahan seluas 400 m2 ini memiliki atap model datar dengan konstruksi yang memadukan beton bertulang dengan perpaduan plat bondek dan dua buah massa bangunan berbentuk kubus yang tidak banyak menggunakan ornamen dekoratif. Elemen estetis muncul melalui permainan bidang dengan teknik aditif dan subtraktif sehingga massa bangunan tampak lebih dinamis dan menegaskan kesan arsitektur modern. Di lain pihak, iklim tropis dengan cahaya matahari, curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi pada hunian yang berada di Bali ini diantisipasi dengan pintu dan jendela berukuran besar pada semua sisi bangunan. Cahaya matahari yang berlimpah ke dalam bangunan mengurangi pemakaian lampu dan dapat menghemat energi listrik sekaligus menonjolkan suasana yang menyatu antara area ruang dalam dan area ruang luar. Ciri lain dari konsep arsitektur tropis di rumah ini adalah banyak menggunakan material alam seperti batu alam dan kayu.
Konsep interior untuk rumah dengan luas bangunan 384 m2 ini adalah clean, simple, sleek dan modern, tidak banyak menggunakan ornamen dan dekorasi muncul melalui permainan langit-langit gantung dengan efek cahaya lampu sekelilingnya serta kombinasi bahan pelapis dinding. Lantai ruangan menggunakan material granit warna putih sehingga ruangan terasa lebih luas. Lantai dasar dibagi menjadi area depan, area tengah dan area belakang dimana area depan untuk carport, foyer dan garasi sedangkan area tengah untuk ruangan duduk, ruangan makan serta pantri, sementara area belakang khusus bagi kamar tidur utama. Lantai atas dibagi menjadi dua kamar tidur, ruangan keluarga, ruangan kerja, cinema room dan balkon yang luas untuk tempat menjamu relasinya.
Lanskap rumah tinggal ini didominasi oleh ”hijau” yang berasal dari rumput dan tanaman hias dengan beberapa pohon besar di sudut. Di depan terdapat sebuah kolam ikan yang dapat dinikmati langsung dari ruangan duduk di lantai dasar. Konsep yang berwawasan lingkungan ini cocok karena selalu melibatkan lingkungan binaan (built environment) yaitu hunian dengan ingkungan alam yaitu kondisi dan potensi alam di sekitarnya.
Lokasi        : Kunti, Bali
Arsitek        : Paul T.

EKSPRESI SEORANG JUMALDI ALFI


Lukisan karya Jumaldi Alfi kerap menyiratkan makna falsafah yang dalam. Demikian pula studio melukisnya yang terletak berseberangan dengan rumah tinggalnya di Desa Tirtonirmolo, Jogjakarta. Pelukis muda ini bekerja sama dengan arsitek Eko Prawoto dalam mewujudkan studio serta huniannya.
Studio Lukis Bergaya Industrial
Alfi dan Eko membangun studio lukis yang fungsinya serupa dengan padepokan seni tetapi tampilannya lebih modern. Berbeda dari umumnya, sosok studio ini lebih mirip gudang atau pabrik bergaya industrial yang mengekspos struktur gedung dan ciri khas material yang digunakan. Pendekatan desain ini fleksibel yang dapat menampung segala aktivitasnya berkreasi dalam berbagai gaya lukisan. Lantai bawah studio untuk garasi, area tangga dan kamar tidur yang dilengkapi oleh kamar mandi dalam untuk tamu yang sedang menginap. Naik ke lantai atas, terdapat satu ruangan besar untuk tempat melukis dan menyimpan peralatan. Ruangan ini bersebelahan dengan sebuah ruangan kecil untuk tim kreatif / managemen Alfi sekaligus untuk perpustakaan.
Tinggi ruangan di lantai ini sengaja dibuat 6 m agar dapat memuat lukisan Alfi yang besar-besar sekaligus mengoptimalkan sirkulasi udara segar dalam bangunan. Atap datarnya juga diolah menjadi area duduk terbuka dan dilengkapi dengan taman. Balok dan kolom struktural terbuat dari beton bertulang dengan finishing cat warna merah terakota sedangkan plat lantainya dari material yang sama tetapi diberi finishing acian semen. Dinding penyekat bangunan berupa susunan bata ekspos. Bagian dalam dinding ruangan melukis diberi finishing cat warna putih agar terasa lapang dan bebas. Rancangan studio ini menciptakan kenyamanan yang dapat membangkitkan inspirasi bagi pelukis juga mewujudkan impian Alfi akan tempat kerja yang ideal.
Rumah Tinggal  Ala  Rumah Kampung
Berbeda dengan bangunan studionya, Alfi menginginkan kediaman yang tidak menonjol di antara deretan rumah tetangga dan berorientasi ke dalam agar privasi keluarga tetap terjaga. Eko, sang arsitek merancang sosok hunian berupa rumah kampung Jawa dengan ciri khas berupa pemakaian materi lokal seperti dinding bata ekspos dan lantai kayu serta atap genteng bentuk pelana. Rumah kampung ini dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan penghuni seperti bangunan dibuat dua lantai dan terdapat paviliun di halaman belakang untuk tempat menyimpan lukisan. Susunan ruang rumah juga lebih modern dengan furnitur yang simpel dan bermodel unfinished.
Lokasi : Studio lukis dan kediaman keluarga Jumadil Alfi di Desa Tirtonirmolo, kawasan Kasihan, Bantul, Jogjakarta.
Arsitek : Eko Prawoto
Interior : Pemilik dan arsitek

Lawangwangi Art and Science Estate


Lawangwangi Art and Science Estate merupakan jawaban para seniman akan sebuah wadah/tempat dimana mereka dapat memamerkan sekaligus menjual hasil karya seni mereka kepada sesama seniman dan masyarakat umum. Pemiliknya Andonowati, adalah seorang pemerhati dan pencinta karya seni Indonesia dan juga seorang ahli dibidang matematika. Sepulangnya dari Belanda, ia membutuhkan sebuah tempat untuk kantor sekaligus galeri. Karena itu, ia membangun Lawangwangi Art and Science Estate pada lahan seluas 6000 m2 dengan luas bangunan lebih kurang 2000 m2 di area Dago Giri, Bandung Jawa Barat. Rancangan arsitek Baskoro Tedjo ini mengacu pada konsep satu kampung seni dan ilmu pengetahuan dengan gaya arsitektur retro modern. Nuansa retro dihadirkan melalui desain bangunan kolonial tahun 50-an yang dianggapnya paling pas dan bersifat abadi.
Ada beberapa ciri khas arsitektur gaya kolonial yang diterapkan pada hunian ini. Pertama adalah sosok massa bangunan yang simetris antara sayap kanan dan sayap kiri, juga antara desain massa bangunan lantai dasar dan lantai atas. Ciri kedua adalah konstruksi bangunan yang sesuai dengan iklim tropis melalui aplikasi atap bentuk perisai sedangkan ciri ketiga adalah permainan irama yang seimbang antara garis-garis dengan bidang vertikal maupun horizontal seperti pada fasad. Ciri keempat adalah dominasi warna putih yang bersih (clean look) dengan kombinasi hitam dan abu-abu. Konsep arsitektur modern terlihat jelas pada bangunan yang tampak sederhana ini karena kemurnian bangunan itu sendirilah yang ingin ditonjolkan. Bentuk massa bangunan yang cenderung serba kotak geometris dan mengikuti susunan ruang di dalam, minim ornamen, pengulangan bentuk yang monoton, dominasi konstruksi beton dan pemakaian material batu, bata, kaca, serta aluminium.
Massa bangunan terbagi jadi tiga dimana bangunan utama berada di bagian tengah dengan ruangan di lantai dasar berfungsi sebagai ruangan pameran dan ruangan seminar, sedangkan ruangan di lantai atas buntuk lelang karya seni dan tempat berkumpul para seniman. Massa bangunan di sayap kanan berfungsi sebagai ruangan kantor dan ruangan rapat sedangkan bangunan di sayap kiri sebagai laboratorium matematika. Konsep interiornya fleksibel dan terbuka (open plan) dengan jalur sirkulasi antarruang yang didesain sederhana agar tidak membingungkan pengunjung yang datang.
Lokasi        : Jln. Dago Giri, Bandung
Arsitek        : Baskoro Tedjo
Pemilik        : Ibu Andonowati

Komposisi Apik Gaya Industrial Design dan Arsitektur Tropis


Café Gourmet 90 yang berada di Bandung, Jawa Barat adalah salah satu rumah makan baru yang menyediakan beragam jenis makanan sehingga banyak dikunjungi. Karena itu, rumah makan dengan lahan seluas 1700 m2 ini dibagi menjadi tiga zona berdasarkan jenis makanannya. Zona pertama (Orange Blossom) berada di bagian depan lantai dasar dan menyajikan makanan Indonesia serta makanan Barat. Zona kedua (Azuma) berada di bagian belakang lantai dasar, menyajikan makanan Jepang. Zona ketiga (De Patio) yang berada di lantai atas menyajikan makanan Italia dan minuman anggur. Tiga zona tadi dinaungi oleh satu massa bangunan yang diolah sedemikian rupa agar resto terlihat menonjol diantara bangunan sekitarnya. Selain itu, area GSB menjadi carport sedangkan kolong bangunan menjadi area servis.
Subianto sang arsitek, menerapkan konsep arsitektur industrial design yang dikombinasikan dengan konsep arsitektur tropis. Salah satu ciri industrial design adalah mengombinasikan elemen interior berkarakter tradisional dengan yang berteknologi baru hasil produksi missal. Contohnya, kursi-kursi makannya merupakan hasil produksi pabrikasi, menggunakan bentuk dan pola tradisional tetapi terbuat dari bahan rotan sintetis atau yang disebut polypeel synthetic fiber.
Selain itu, konstruksi baja ekspos juga dipadu dengan balok-balok kayu dimana sinar matahari yang jatuh melalui celah balok kayu, menghasilkan permainan bayangan yang cantik Hal menarik lainnya adalah pemakaian lampu-lampu gantung dengan kap lampu berupa sangkar burung dari bahan kayu.
Konsep tropis diwujudkan hadirnya innercourt luas yang menjadi pusat orientasi dari keseluruhan massa bangunan dan sirkulasi udara segar. Langit-langit innercourt dapat dibuka dan ditutup dengan sistem rel dan terbuat dari bahan transparan agar sinar matahari dapat masuk dengan leluasa.
Lokasi : Jl. Riau, Bandung, Jawa Barat
Arsitek : Subianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar