Laman

Jumat, 18 November 2011

1.Kaleng


Berbagai jenis kaleng untuk makanan kaleng
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium.
Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar produk konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat.

2. kelapa


Limbah kelapa, itulah yang akan menjadi pemandangan anda jika berkunjung ke kabupaten tanjung jabung timur, provinsi Jambi yang mampu menghasilkan kelapa lebih dari 51 ribu ton per tahun. Minimnya keterampilan masyarakat dan kurangnya sarana menjadi penyebab sabut dan batok kelapa dibiarkan bertebaran di hampir seluruh halaman rumah penduduk. Selain tidak sedap dipandang mata, limbah sabut dan tempurung tersebut menjadi mubazir karena sebenarnya jika diolah dengan baik bisa memperbaiki perekonomian masyarakat.
Sebenarnya sabut kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain menjadi aksesoris atau pajangan cantik, sabut kelapa dapat diolah menjadi serat sabut kelapa yang bermanfaat untuk banyak hal, seperti media tumbuh untuk berbagai tanaman hias (cocopot) dan dipasangkan dengan cocobrick;  cocoroll yang berguna untuk mencegah tanah longsor di daerah yang miring; serta cocofibre yang menjadi bahan baku untuk mengisi jok mobil. Cocofibre atau serat sabut kelapa inilah yang banyak diminati oleh pasar internasional. Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan karena di negara ini pohon kelapa tumbuh subur. Kabupaten tanjung Jabung timur adalah salah satu penghasil kelapa terbanyak di Indonesia.
Kondisi saat ini adalah hanya daging dan tempurung saja yang diolah masyarakat, sedangkan bagian lain dibiarkan berserakan di kebun atau dihamparkan di halaman rumah masyarakat untuk menutupi tanah gambut yang berair sehingga menjadi limbah yang tidak sedap dipandang mata. Hal ini disebabkan oleh Kurangnya keterampilan masyarakat, kurangnya modal, dan sangat minimnya perhatian pemerintah terhadap potensi daerah. Permasalahan tersebut harus dibenahi agar kelak tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan memiliki nilai ekonomis yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menuntaskan permasalahan sampah tersebut, diantaranya adalah dengan membuat program mendukung dana untuk modal usaha bagi masyarakat serta memberi bimbingan untuk pengembangan usaha tersebut. Masyarakat bisa mendirikan pabrik untuk mengolah sabut kelapa menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis seperti cocomesh.  Solusi ini bisa mengurangi volume sampah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakan. Pengolahan limbah dari puluhan ribu ton kelapa itu tentu akan menyerap banyak tenaga kerja yang tidak sedikit. Limbah itu akan memiliki nilai ekonomis sehingga masyarakat yang tidak memiliki keterampilan pun bisa ikut sejahtera hanya dengan menjual sabut kelapa kepada pabrik pengolahan. Selain itu, pemerintah juga harus mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa sabut kelapa memang pantas untuk diolah, sehingga mereka mau mengumpulkan  sabut kelapa itu agar tidak berserakan menjadi limbah setelah diambil daging dan tempurungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar